Di hari Minggu, Jono dan istrinya pergi berbelanja di pusat perbelanjaan di ibukota. Pada saat keliling-keliling, sampailah mereka di stand tempat menjual aksesoris jam dan kacamata. Jono bukanlah pria tampan yang cocok dengan segala style. Di stand itu dia mencoba-coba semua jenis kacamata hitam yang ada. Saat mencoba dan berkaca, yang ada di pikiran Jono adalah betapa kerennya dia. Dan dia pun terpikir untuk membeli beberapa.
Namun berbeda dengan istrinya. Menurutnya, Jono bukannya tambah keren, tapi yang ada adalah terkesan norak dan sedikit kampungan. Dia lebih suka Jono yang apa adanya tanpa berusaha memperkeren diri dengan style.
Jono pun bertanya ke istrinya, “Ma, menurut mama, mana kacamata yang cocok dengan papa. Papa tambah keren ya ma?”
Nah pada saat itulah kemampuan komunikasi berperan. Normalnya orang akan langsung berkata apa yang ada di pikiran. Tidak terkontrol. Sehingga berpotensi menyakiti lawan bicara. Istri Jono bermaksud ingin supaya Jono tidak membeli kacamata itu. Tujuannya baik, dia ingin Jono tidak menjadi bahan tertawaan orang lain.
Andai dia berkata “Gak usah ah. Papa jelek pake kacamata hitam. Norak! Kampungan tau…”
Ada potensi Jono akan merasa sakit hati dan kecewa.
Tapi sang istri memilih untuk berkata, “Papa sayang, mata papa tuh bagus. Mama lebih suka ngeliat mata papa langsung, gak pake ditutupin kacamata hitam segala. Mama laper nih pa, kita cari cemilan yuk”
Selain berhasil mencegah Jono membeli kacamata, cara berkomunikasi istri Jono juga ampuh untuk menciptakan romantisme di antara mereka berdua. Alih-alih merasa sakit hati, Jono malah merasakan kasih sayang dari sang istri.
Apakah itu berbohong? Tidak. Bedakan antara menjilat dengan kemampuan komunikasi empati. Ada istilah “asal bapak senang”. Ingat, seorang pemimpin sejati akan mengetahui siapa yang penjilat dan bukan. Mereka yang menjilat tidak akan meraih keberhasilan, tapi kesuksesan akan lebih dekat pada mereka yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Dalam beberapa situasi pun, orang sering menyampaikan protes dengan cara yang tidak pantas. Bahkan orang malah menjadi malas untuk mendengar apa yang membuat dia protes.
Dalam dunia pendidikan, bukan materi pelajaran yang menyebabkan siswa mau mendengarkan atau tidak, tapi dari cara guru atau dosen menyampaikan materi tersebut.
Jika mereka tidak mendengarkan ucapanmu, it is not about what you say, but how you say it.
Namun berbeda dengan istrinya. Menurutnya, Jono bukannya tambah keren, tapi yang ada adalah terkesan norak dan sedikit kampungan. Dia lebih suka Jono yang apa adanya tanpa berusaha memperkeren diri dengan style.
Jono pun bertanya ke istrinya, “Ma, menurut mama, mana kacamata yang cocok dengan papa. Papa tambah keren ya ma?”
Nah pada saat itulah kemampuan komunikasi berperan. Normalnya orang akan langsung berkata apa yang ada di pikiran. Tidak terkontrol. Sehingga berpotensi menyakiti lawan bicara. Istri Jono bermaksud ingin supaya Jono tidak membeli kacamata itu. Tujuannya baik, dia ingin Jono tidak menjadi bahan tertawaan orang lain.
Andai dia berkata “Gak usah ah. Papa jelek pake kacamata hitam. Norak! Kampungan tau…”
Ada potensi Jono akan merasa sakit hati dan kecewa.
Tapi sang istri memilih untuk berkata, “Papa sayang, mata papa tuh bagus. Mama lebih suka ngeliat mata papa langsung, gak pake ditutupin kacamata hitam segala. Mama laper nih pa, kita cari cemilan yuk”
Selain berhasil mencegah Jono membeli kacamata, cara berkomunikasi istri Jono juga ampuh untuk menciptakan romantisme di antara mereka berdua. Alih-alih merasa sakit hati, Jono malah merasakan kasih sayang dari sang istri.
Apakah itu berbohong? Tidak. Bedakan antara menjilat dengan kemampuan komunikasi empati. Ada istilah “asal bapak senang”. Ingat, seorang pemimpin sejati akan mengetahui siapa yang penjilat dan bukan. Mereka yang menjilat tidak akan meraih keberhasilan, tapi kesuksesan akan lebih dekat pada mereka yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Dalam beberapa situasi pun, orang sering menyampaikan protes dengan cara yang tidak pantas. Bahkan orang malah menjadi malas untuk mendengar apa yang membuat dia protes.
Dalam dunia pendidikan, bukan materi pelajaran yang menyebabkan siswa mau mendengarkan atau tidak, tapi dari cara guru atau dosen menyampaikan materi tersebut.
Jika mereka tidak mendengarkan ucapanmu, it is not about what you say, but how you say it.
Tulisan yang diInspirasi dari Sahabat penulis yhapm
khususnya saya secara pribadi sangat senang dengan membaca buku, apalagi seperti tulisan SaudaraYansen H A Purukan Masih banyak tulisannya yang sangat baik untuk saya baca, dan mungkin juga dengan rekan rekan yang lain, apabila ingin mendapatkan inspirasi seperti tulisan diatas bisa bergabung melalui page like Pacebook,
0 comments:
Post a Comment